“This is my last year of toleratting less than i deserve.”
Hai. Bagaimana tahun 2019 nya? Aman?
Ini adalah post pertamaku di tahun ini, dimana esok adalah
akhir tahun. Semoga saja ini bukan post terakhir di 2019 juga, sebab aku
sepertinya akan bercerita banyak tentang 2019.
Kehidupan kampus di 2019 ku lumayan berjalan lancar,
beberapa kali aku sempat ikut kumpul kelas (dimana biasanya aku jarang ikut). Meskipun
itu sedikit terlambat (semester 6 adalah semester terakhir aku belajar di
kelas), tetapi tak masalah, semua berjalan lancar. Di pertengahan tahun, aku mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 2 bulan kurang. Seminggu berselang, aku magang
di sebuah rumah produksi lokal daerah tempat ku tinggal selama lebih kurang 2
bulan. Setelah itu aku kembali ke kampus di pertengahan Oktober. Bukan mengurus
tugas akhir (Skripsi T_T),
tetapi membantu mengurus Diklat Dasar organisasi yang aku ikuti.
Seusai magang hingga kini aku fokus mengurus organisasi kampus
yang aku ikuti. Lumayan menguras waktu, tenaga dan pikiran, sebab aku
satu-satunya dari angkatanku di sana. Sebagai angkatan tertua di kepengurusan
saat ini aku seperti memiliki tanggung jawab yang besar. Aku bertemu wajah-wajah
baru yang menjadi junior terakhirku (mungkin). Mereka sangat menggemaskan,
wajah lugu nan penasaran mengingatkan ku kala aku menjadi mahasiswa baru dulu. Wajah
penuh impian. Tak jarang aku bernostalgia menceritakan pengalaman lampauku dulu
pada mereka.
Banyak hal yang terjadi di 12 bulan belakangan ini.
Sayangnya, tak ada satupun yang kuceritakan pada kalian di sini.
Ini adalah kelalaian terbesarku di 2019. Mengaku diri
seorang yang aktif di dunia literasi menulis, tetapi tahun ini tulisanku
sedikit sekali. Amat sedikit.
Aku juga sempat stress berat. Hampir pergi ke psikolog. Saat itu aku sangat sensitif, sering sekali tiba-tiba menangis tanpa sebab. Pun aku menjadi mudah tersinggung, walau hal yang membuat aku tersinggung kala itu biasanya tak membuatku tersinggung. Kalian paham maksudnya gak? Gak ya? Pokoknya sudah parah, aku aja kaget bisa seperti itu. Beberapa orang terdekat ku sempat melihat titik terendah ku ini. Namun untungnya aku sudah sedikit memulihkan diri sendiri dengan mengalihkan pikiran untuk menata 2020 melalui Bullet Journal (Bujo). 2018 lalu aku sempat memulai Bujo, sayangnya terputus di 2019.
Aku juga sempat stress berat. Hampir pergi ke psikolog. Saat itu aku sangat sensitif, sering sekali tiba-tiba menangis tanpa sebab. Pun aku menjadi mudah tersinggung, walau hal yang membuat aku tersinggung kala itu biasanya tak membuatku tersinggung. Kalian paham maksudnya gak? Gak ya? Pokoknya sudah parah, aku aja kaget bisa seperti itu. Beberapa orang terdekat ku sempat melihat titik terendah ku ini. Namun untungnya aku sudah sedikit memulihkan diri sendiri dengan mengalihkan pikiran untuk menata 2020 melalui Bullet Journal (Bujo). 2018 lalu aku sempat memulai Bujo, sayangnya terputus di 2019.
Beberapa hari yang lalu, aku membaca informasi di salah satu
grup WhatsApp sebuah perkumpulan dimana aku bergabung disana sejak 2018, yaitu
Kumpul Blogger Pekanbaru. Katanya, akan ada pembersihan anggota dinilai dari
list artikel selama dua bulan terakhir ini. Ketika membacanya, jantungku
berdebar. Aduh setahun ini aku belum ada menulis di blog!!
Apakah aku akan dikeluarkan? Sepertinya iya. Ini sudah
menjadi resiko yang harus aku hadapi.
Bukankah dalam hidup ini penuh dengan resiko? Betul? Betul.
Aku paham sekali pentingnya sebuah aturan dalam suatu
perkumpulan atau organisasi. Betapa pentingnya menjaga keaktifan anggota. Sebab
kata-kata itu yang terus aku katakan di depan junior organisasi di kampus ku.
Namun, memikirkan akan keluar dari grup itu membuatku sedih
juga (meskipun aku hanya menjadi pembaca). Rasanya seperti aku dengan bodohnya
keluar dari lingkaran orang-orang positif.
Jika nanti aku bukan lagi bagian dari mereka, ini akan
menjadi penyesalan terbesarku di 2019.
Tak bergabungnya aku di grup itu nanti seakan menegaskan
kemunduranku di dunia tulis menulis. Hal yang akan menjadi evaluasiku. Sebab,
selama 21 tahun aku hidup, hanya tulis menulis yang aku bisa. Dan aku mengalami
kemunduran di dunia itu? Itu sama saja dengan bunuh diri secara perlahan.
Oleh karena itu, rencanaku di 2020 tak muluk-muluk. Tak ingin
manargetkan ekspektasi tinggi-tinggi. Cukup aktif menulis untuk blogku
melanjutkan tulisan karanganku di wattpad. Sederhana bukan?
Yah, sederhana namun sulit dilakukan secara konsisten.
Setahun belakangan, aku sering lupa untuk diriku. Jujur saja itu
membuatku sedikit takut menghadapi 2020. Ku pikir, akan butuh banyak persiapan
untuk membuat 2020 ku sedikit lebih berarti untuk diriku sendiri. Membuat waktuku lebih berharga untuk diriku.
Bukan orang lain.
Ayo sama-sama bergegas memperbaiki resolusi kita di tahun depan! 2019 belum berakhir!!!