FILM NKCTHI dan Child Syndrome Dalam Keluarga

by - Januari 04, 2020







“Namanya Awan, pusat dunia.”

“Si anak tengah ini namanya Aurora, paling berbakat di antara kami.”

“Kakak terbaik itu namanya Angkasa, selalu ada.”

3 Januari lalu, aku diajak Winda dan Laila nonton film yang lagi promo di Cinepolis Mall Pekanbaru. Judulnya, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau yang lebih dikenal dengan NKCTHI. Sebuah film yang diangkat dari buku karya Marchella FP ini tayang sejak 2 Januari 2020, menurut info yang aku dapat, jadwal penayangan ini dimajukan dari jadwal sebelumnya.

Film ini menceritakan tentang sebuah rahasia dalam keluarga. Dari tokoh utama, Awan (Rachel Amanda), seorang anak bungsu yang merasa ia tak pernah mengambil keputusan sendiri untuk hidupnya selama 21 tahun hidup. Bertemu dengan Kale (Ardhito Pramono) di sebuah konser musik, Awan diajarkan melihat hidup dengan sudut pandang yang baru. Hal ini mengakibatkan rahasia dalam kelurga Narendra mulai perlahan terkuak. 

Film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko ini tak hanya bercerita seputar Awan, ia juga bercerita tentang dua saudaranya. Si sulung Angkasa (Rio Dewanto) dan si anak tengah Aurora (Sheila Dara) yang juga punya rahasia sendiri.

Dua minggu sebelum film ini liris, sang sutradara sekaligus penulis skenario berkomentar di final trailer film NKCTHI yang ada di platfrom Youtube. Ia berjanji akan memberikan cinematic experience terbaik kepada penonton dari detik pertama. Dan menurut aku, dia berhasil memenuhi janjinya. Dari awal film ini dimulai, dari scene pertama, Angga berhasil memukau aku (Aku bahkan nangis, padahal penonton yang lain belum :( ).

Film yang skenarionya juga di tulis bersama Jenny Jusuf ini menggunakan alur maju mundur juga berhasil membuat penonton penasaran. Apalagi aku tak sempat menonton trailer atau membaca sinopsis sebelum menonton film ini, jadi benar-benar gak tau sama sekali film ini tentang apa dan siapa karakter utamanya.

Lucunya, sampai film ini selesai, aku juga tak bisa tahu siapa pemeran utama film ini. Tahu tidak kenapa? Karena film ini berhasil  membuat rahasia ketiga anak keluarga ini sama-sama penting. Mantap sekali.

Child Syndrome dalam Keluarga

“Dari semua anak ibu, kamu yang paling kuat. yang bisa memperjuangkan semuanya sendirian.”

Siang itu, kami bertiga datang 20 menit lebih awal sebelum film dimulai. Jadi, saat kami menunggu di depan studio 3, kami masih melihat penonton sebelumnya keluar dengan mata sembab. SEMUANYA. Waktu itu aku masih bertanya-tanya, kok mereka nangis? Apa filmnya sesedih itu? 

Ternyata, seusai menonton mataku sembab sampai pusing karena kebanyakan nangis.

Kenapa?

Karena cerita ini sangat relate dalam kehidupan. Sangat, sangat, sangat relate .

Angga sangat berhasil mengangkat sindrom anak yang ku pikir jarang diangkat dalam perfilman Indonesia. Mulai dari sindrom anak sulung, sindrom anak tengah dan sindrom anak bungsu.
Sebab aku adalah anak tengah ( anak ke 3 dari 5 bersaudara), aku akan lebih menceritakan sindrom anak tengah. Setiap kali scene Aurora muncul aku selalu nangis, rasanya benar-benar melihat diriku sendiri di tokoh Aurora itu. 


Sindrom anak tengah (Middle Child Syndrome) menurut psikolog dan penulis buku The New Birth Order, Dr Kevin Leman memandang anak tengah adalah anak yang cukup misterius dan sulit untuk didefinisikan. Hal ini ternyata diakibatkan oleh orang tua yang memiliki anak lebih dari dua biasanya lebih tegas ke anak sulung dan memanjakan si anak bungsu. Namun, si anak tengah ditinggalkan bingung, tak merasakan ketegasan, keeklusifan anak pertama dan tak juga merasakan kerenggangan hukuman anak terakhir. Intinya, anak tengah cenderung tak terperhatikan oleh orangtuanya.

Si anak sulung atau yang tertua biasanya memiliki kepribadian kuat dan membuat keputusan yang tegas. Ini disebabkan harapan dan perhatian khusus orangtua kepada anak tertua.

Sedangkan anak bungsu biasanya tidak mendapat banyak tekanan dari orangtua. Dia juga mendapat perhatian yang layak dari orangtua dan kakak-kakaknya, makannya anak bungsu cenderung lembut dan percaya diri.

Lalu, anak tengah bagaimana?


Anak tengah sering merasa kesepian, terkadang juga memiliki rasa iri hati pada saudara yang lain (AKU BANGET INI :( ). Mereka sering merasakan kehampaan dan kekosongan dalam hidupnya yang biasanya berakhir dengan krisis identitas dalam keluarganya. Kenapa dalam keluarga? Menurut Leman, biasanya kasih sayang yang tak di dapatkan anak tengah dalam keluarga membuat anak tengah mencari perhatian dan kasih sayang di luar keluarga.

Detail sindrom anak tengah ini bahkan dilihatkan betapa Aurora sangat ingin keluar dari rumah itu, yang mana sangat percis dengan apa yang aku rasakan. Duh pengen nangis lagi.

Sheila Dara berhasil berakting sebagai anak tengah yang pendiam, mandiri, berprestasi namun tersakiti tanpa sadar oleh perlakuan keluarganya. Padahal, dalam film,  Aurora tak banyak bicara. Karena ini aku sekali lagi mengatakan, cinematic dan akting pemainnya benar-benar berhasil menyampaikan pesan film ini kepada penonton. Tak ayal, sindrom anak ini benar-benar tersampaikan ke penonton. Tau dari mana? Ya dari alur maju mundur yang sukses itu.

Seusai dari bioskop, aku langsung cek di Youtube terkait trailer NKCTHI. Ternyata oh ternyata, Visinema berhasil menarik penonton dengan trailer ke 3 pemain dengan apik. Misalnya trailer tokoh Aurora yang dinarasikan dari si anak sulung dan ibunya yang merasa bangga dan iba padanya. Trailer tokoh Awan dinarasikan oleh Aurora yang cemburu pada si anak bungsu. Sedangkan Trailer tokoh Angkasa dinarasikan oleh Awan yang bangga dengan kakak sulungnya. 

Kebetulan, Laila merupakan anak sulung dan Winda adalah anak bungsu dalam keluarganya. Jadi ketika film berakhir, kami sepakat bahwa film ini memang sangat relate dengan perasaan kami sebagai anak sulung, tengah dan bungsu.


OST Yang PAS, LEGIT.


Baru kali ini gaes. Baru kali ini aku nonton film Indonesia yang semua ostnya itu PAS!!!!! Semua lagu yang digunakan berbekas dibenak penonton. Ini listnya:










Legit kan?


Apalagi ost yang gunakan sesuai pada tempatnya. Mau sungkem dulu sama mas Angga yang bikin aku dan penonton satu studio menangis ria. Apalagi saat scene pameran Aurora dan lagu baru Isyana muncul. Duh aku terisak-isak sampean. Parah!!!

Aku tahu sih, kalau 9 lagu di atas itu emang udah mantap kali, gak diragukan ke baperannya. Tapi kan kalau tidak ditempatkan dengan baik dalam film, ku pikir pesan yang ingin disampaikan  juga gak bakal tersampaikan.


Conclusion


Kalau ditanya apa yang bisa dipetik dari cerita ini sih, bakal banyak banget yang bisa dipetik. Terutama terkait cara Awan yang mencari kebahagian menggunakan Kale (Scene mereke berdua manis banget btw, akting Ardhitio berhasil bikin aku duduk gelisah di kursi saking gemasnya-untungsebelahakudindingdanWinda). Aku setuju banget sama Kale yang berpendapat bahwa kebahagian seseorang itu harus didapat dari diri sendiri, gak bisa mengharapkan orang lain. 

Namun, pesan yang paling bisa diambil adalah bagaimana rahasia dalam keluarga itu sendiri yang harus dihilangkan. Si anak sulung yang gak bisa lepas dari keluarga karena beban ‘tanggung jawab’, si anak tengah yang ingin keluar dari rumah karena ‘gak dianggap’, si anak bungsu yang ingin ‘bebas’, ibu yang terus menyimpan perasaannya dan gak mau mengutarakan, ayah yang yang selalu merasa dapat memikul beban sendiri dan menganggap semua baik-baik saja padahal enggak.

Keterbukaan komunikasi dalam keluarga itu sih yang disampaikan film ini dengan sangat baik.

Sampai aku bingung, kurangnya apa ya?

Ah, lingkar sosial yang ditampilkan film ini isinya orang-orang kaya. Jadi aku gak bisa relate dengan nonton konser gratis karena punya kakak yang EO konser musik atau punya kakak yang bisa bikin pameran seni.  Tapi ya tetap aja film ini bagus.

 

You May Also Like

6 komentar

  1. Uwaaah kata temen ku ini film bagus banget. Bangga film lokal bisa sebagus ini, jadi pengen nonton juga.

    Blm nonton soalnya hehe 😬

    BalasHapus
  2. Wah asik tuh nonton bareng. Pas banget kayanya filmnya dgn kehidupan sehari-hari ya. Dgn apa yg kita rasain terkait anak pertama, tengah, dan bungsu. Jadi pengen nonton film nyaa

    BalasHapus
  3. Kalau aku sih entah kenapa dari dulu gak begitu tergiur untuk menonton film Indonesia. Entah lah...

    BalasHapus
  4. Waah jadi pengen nonton gegara review ini! Tapi masih belum sempet huhu. Too many things to do, too little times #curlong haha!

    Anyhow, aku anak tengah. Alhamdulillah engga ngalamin yg namanya child syndrome. Mungkin krn faktor I’m the one and only daughter juga ngaruh kali yaa.

    Thank you reviewnya, Azizah!

    BalasHapus
  5. Awalnya nunggu banget ini filmnya. Ternyata emang mau dibiasain juga, tetap aja soal keluarga slalu nyes dihati. Mewek tanpa aba-aba. Entah kita diposisi yang mana, semua adegan dan perannya dalam keluarga emang dapet banget bikin kita sendu hiks. Makasi review apik nya Azizah.

    BalasHapus
  6. Iya nih berdasarkan riview riview dari orang lain juga yang udah nonton film nyay bagus banget, dalam beberapa hari tayang saja sudah hampir 500rb tayangan, keren banget

    BalasHapus