PJTLN KENAL SASTRAWI 2017

by - Juli 24, 2017

(Foto bersama peserta, panitia dan para undangan saat pembukaan di Rektorat Lt 5 UR)






Pekanbaru 24 Juli 2017 12.00 WIB


 Sepulang dari Pelatihan Jurnalisme Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN)  yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bahana Mahasiswa Universitas Riau di Siak Sri Indrapura dari tanggal 17-23 Juli lalu. Aku tak bisa menghentikan otakku untuk berhenti berpikir. Berpikir untuk menulis. Menyalurkan segala hal di pikiran untuk segara menyalurkannya lewat tulisan.

Padahal 24 jam belumlah berlalu. Aku masih merasakan perasaan bahagia, mendengar gelak tawa, mengingat candaan dari peserta maupun panitia. Kenangan yang takkan terlupa.

Aku tak tahu harus menulis apa terlebih dahulu, kepalaku pening, akibat banyaknya hal yang ingin dikatakan. Hatiku gelisah tak karuan. Tak tahu kenapa. Terkadang karena sedih, karena kami telah berpisah. Terkadang karena bahagia, karena telah melalui waktu bersama-sama dengan penuh kenangan bahagia. Terkadang karena perasaan tak rela, karena ingin tetap bersama mereka. Bersama orang-orang yang mungkin takkan aku jumpai lagi.

PJTLN Kenal Sastrawi 2017 diikuti oleh 21 peserta dari 20 Universitas yang ada di Indonesia. Tak main jauhnya. Hanya keajaiban dan kehendak dari Tuhan lah kami bisa berkumpul lengkap suatu hari nanti.

Aku akan mengenalkan mereka padamu, pun para panitia dan pematerinya. Akupun akan menceritakan pada mu, kenangan yang telah kami lalui bersama selama 7x24 lalu. Kan ku ceritakan bagaimana kami, wartawan kampus, mencari ilmu di negeri istana. Akan ku ceritakan padamu secara perlahan. Ku tulis lapis demi lapis kenangan di kepala yang begitu menyesakkan minta ditulis.

Tentang bagaimana aku yang selalu mengingat mereka nanti, ketika mendengar suara pesawat yang lewat di langit, menjelaskan jauhnya mereka saat ini. Melihat pohon yang kami tanam bersama di hari terakhir telah tumbuh. Melewati Asrama Haji Siak tempat kami menginap. Menaiki odong-odong yang memutar lagu anak-anak. Mendinginkan kaki di tepian sungai Siak yang kami lewati ketika berjumpa dan berpisah. Menunggui pelanggan di Istana saat lebaran tiba. Membuat roti jala yang dipesan orang. Mengendarai sepeda motor berkeliling Siak. Dan ketika menulis.

Semua kenangan itu akan terus menghantuiku hingga kapanpun. Bila seperti ini, Siak menjadi tempat dimana aku tak mau pulang. Aku tak mau berlama-lama di tempat aku lahir dan besar. Karena di sanalah semua kenangan mengelilingiku. Menyesakkan dada.  Mengingatkanku pada mereka.

Apa kabar mereka?

Apa mereka masih mengingat Siak? Mengingat kota kecilku?

Apa mereka ingin kembali ke Siak? Kota yang panas bagi mereka?

Entahlah. Namun satu pesanku untuk mereka.

Tanganku kan selalu menyambut mereka di Siak. Siap menemani mereka lagi untuk menikmati kota melayu ini. Kabari saja.


(Foto bersama peserta, panitia dan undangan saat penutupan sekaligus penanaman pohon di Asrama Haji Siak)



You May Also Like

1 komentar

  1. Apa kabar novelis, setelah baca tulisanmu rindu itu datang menghampiri. Apa jabatanmu di Gagasan sekarang? Kabarmu semoga baik-baik saja ya. Mau dunk diboncengin ke Istana Siak, tapi gak pakai ngebut hehehe.

    BalasHapus